Sukses itu Kalau Target Bisa Tercapai

Kata `sukses` bisa memiliki makna yang tidak selalu sama pada setiap orang. Apakah sukses pada bidang pendidikan, sukses dalam hal pekerjaan atau karir, sukses karena dapat terpenuhi cita-cita, dan sebagainya.

“Sukses itu kalau ada target, terus dapat mencapai target tersebut,” kata Tonny Hartono Bagio.

Target inilah yang dalam pikiran setiap orang berbeda-beda ukurannya. Mungkin pada titik tertentu orang sudah mengaggap dirinya sukses, tetapi tidak bagi orang lain karena targetnya lebih tinggi lagi dari dia. Ini bisa berkaitan dengan pendidikan, pekerjaan, mencari pasangan hidup, hingga spiritual.

“Begitu pula dengan bahagia, rasa itu akan muncul kalau target sudah terpenuhi,” ujar pria yang punya hobi main catur ini, filosofi bahwa dengan berpikir (main catur) maka seseorang tidak mudah `pikun`.

Tonny Hartono Bagio mengatakan, gambaran orang bahagia seperti yang ada dalam pelatihan ESQ (Emotional Spiritual Quotient), antara lain dengan tersenyum. Orang yang dapat tersenyum itu tandanya dia bahagia, asalkan bukan senyum yang karena terpaksa. Orang yang selalu ‘merengut’ atau tidak bisa tersenyum, berarti dia tidak bahagia dalam hidupnya. Dia pun sangat mendukung terhadap program pelatihan yang dilakukan oleh ESQ.

“Saran saya, ada juga nilai ajaran dari kitab atau agama selain Islam yang dimunculkan dalam materi pelatihan, setiap agama punya ajaran ‘kebaikan universal’ untuk pemeluknya,” terang Tonny Hartono Bagio.

Bicara tentang karir, pria yang sangat menyukai pelajaran matematika sejak mengenal sekolah ini mengaku seperti air mengalir. Pernah ingin menjadi dokter seperti anak-anak yang lain ketika ditanya tentang cita-citanya kalau besar nanti, tetapi suami dari Suzanne Joyce ini ternyata takut dengan darah. Sejak pelajar hingga masa kuliah, nilai pelajaran matematika Tonny Hartono Bagio selalu paling tinggi dibandingkan mata pelajaran yang lain, bahkan beberapa kali mencapai nilai sempurna alias 10.

Ir. Tonny Hartono Bagio, MT, MM

Logika yang kuat tersebut akhirnya mewarnai pilihan keberagamaan seorang Tonny Hartono Bagio. Dia menjadi muallaf sejak tahun 1996. Kilas balik memilih Islam sebagai agama yang diyakininya sekarang, karena hati nuraninya merasa cocok dengan Islam setelah membaca buku-buku tentang Islam. Kondisi yang berbeda dengan agama yang dianut sebelumnya, banyak terjadi pertentangan bathin ketika dia menjalani ritual peribadatan di agama lamanya.

Berkaitan dengan pekerjaan sebagai pimpinan (dekan), Tonny Hartono Bagio menerapkan model kekeluargaan dalam mengelola anak buah. Bekerja sesuai job desk, berdasarkan job desk dan tanggung jawab. Jika semua sudah tahu dan bekerja sesuai tanggung jawabnya maka target pekerjaan akan tercapai. [ger]

 

Biodata:

Nama : Ir. Tonny Hartono Bagio, MT, MM

Tempat, Tgl/Lhr : Probolinggo, 12 Oktober 1962

Istri : Suzanne Joyce

Anak : Eugene Yudhistira Baggio

Pekerjaan : Dosen

Jabatan : Dekan Fakultas Teknik Sipil Universitas Narotama

Organisasi : Sekretaris PITI Jawa Timur

 

dr. Dodo Anondo, MPH : Pimpinan Harus Selalu Berpikir Positif

Dr. Dodo saat menyampaikan bingkisan dari LK ESQ Jatim di HUT Paliatif 21

Kesan sebagai pribadi yang ramah langsung terasa ketika kami (wartawan LK-ESQ Jatim) memasuki ruang kerja dr. Dodo Anondo, MPH (Direktur RSUD Dr. Sutomo). Jauh dari suasana formal, semua cair dan mengalir begitu kami mulai bincang santai dengan beliau siang itu.

“Saya mohon maaf kalau pertemuan ini ada beberapa perubahan dari jadwal, karena memang banyaknya agenda kegiatan. Dan saya orangnya tidak bisa menolak kalau ada tamu sehingga terpaksa janjian harus dijadwal ulang,” kata Dodo Anondo.

Padatnya aktvitas pekerjaan yang harus dijalani Dodo Anondo selaku direktur rumah sakit pemerintah terbesar di Jawa Timur, bahkan kawasan Indonesia Timur, hal ini membuat beliau harus pandai dan bijak dalam mengatur waktu. Sejak beliau ditugaskan menjadi direktur RSUD Dr. Sutomo pada 2011, dirinya langsung berhenti dari buka praktek umum yang selama bertahun-tahun telah dilakoninya.

Bagaimana memimpin anak buah yang jumlahnya mencapai ribuan orang? Menurut Dodo Anondo, pimpinan harus selalu berpikir positif. Semua dari sikap dan perbuatan harus dilandasi dengan pikiran positif. Meskipun secara formal mereka adalah struktur bawahan kita, namun harus dianggap orang lain setingkat dengan kita.

“Yang paling dihormati hanya Allah,” tegas pria hobi membaca buku dan jalan kaki ini.

Dua hal yang beliau tekankan dalam memanage anak buah, yaitu disiplin waktu dan komunikasi. Disiplin waktu sangat penting untuk hasil kerja yang bagus, apalagi kerja di bidang kesehatan yang butuh kecepatan dan penanganan yang tepat. Waktu di sini sangat berharga bagi masyarakat yang membutuhkan pengobatan atas penyakitnya.

Begitu pula komunikasi sangat penting. Komunikasi antar pegawai, antara atasan dengan bawahan atau sebaliknya. Komunikasi tersebut untuk melatih keterbukaan dari aspek apapun, karena dengan komunikasi segala permasalahan dapat dicarikan solusinya. Komunikasi yang terbuka juga untuk menghindari pekerjaan yang berpotensi menumpuk.

Komunikasi berupa 2ST (Salam, Senyum, Tanya). Salam dan senyum akan mengawali interaksi dengan orang lain secara positif. Tanya, ini berhubungan langsung dengan profesi kita sebagai tenaga medis. Orang datang ke rumah sakit (pasien) perlu ditanya apa keperluannya, apa keluhan yang dirasakannya, dan sebagainya. Dari tanya – jawab ini akan mudah diketahui apa penyakitnya, bagaimana penanganan selanjutnya terhadap pasien.

Dodo Anondo ternyata bukan hanya menerapkan budaya komunikasi di tempatnya bekerja. Budaya komunikasi juga beliau hidupkan dalam keluarga, termasuk untuk model pendidikan anak-anaknya. Anak-anak dibudayakan untuk mau bertanya, jangan malu bertanya. Selain itu, anak-anak juga harus mau membaca buku. Pergaulan harus sama tidak pilih-pilih teman.

Lantas, kapan waktu bersama keluarga kalau sehari-hari kegiatan terkait pekerjaan seakan tidak ada habisnya?

Bagi dokter alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Airlannga 1982 ini, Sabtu—Minggu adalah hari untuk keluarga. Ketika anak-anak masih tinggal dalam satu rumah, setiap malam Dodo Anondo dan istrinya selalu berupaya dapat makan malam bersama mereka. Dan seminggu sekali, istri dan anak-anak beliau ajak untuk makan di luar seperti warung atau restoran. Hal itu untuk mengenalkan anak-anak dengan berbagai jenis makanan yang mungkin tidak ada dalam menu makan di rumah.

Momen makan malam bersama inilah yang kemudian sebagai media komunikasi keluarga terhadap segala hal, mulai tentang pelajaran sekolah, teman, dan lain-lain.

“Makan di luar rumah ini bukan soal mahal atau tempat yang bagus, warung pinggir jalan juga oke, ukurannya makanan enak dan sehat,” kata pria penyuka makanan khas Jawa Timur ‘rujak cingur’ dan soto Lamongan ini.

Walau sudah menetapkan Sabtu — Minggu sebagai hari bersama keluarga, namun beliau jika ada sesuatu yang berhubungan dengan jabatan dan pekerjaan mengharuskan dirinya untuk keluar rumah, Dodo Anondo akan berangkat. Apalagi, nomor HP-nya juga tersebar untuk umum. Sehingga beliau tidak jarang harus tetap menjawab kalau ada telepon dan sms yang masuk.

“Terkadang orang atau pasien telepon dan sms tidak kenal waktu, bahkan tengah malam,”. Meski demikian menurut beliau bahwa dalam urusan pekerjaan tidak pernah lembur sampai malam, yang penting bagaimana pekerjaan bisa diselesaikan tepat waktu. Pungkas Dodo Anondo.

Ketika disinggung tentang Training ESQ beliau menyampaikan bahwa Training ini penting dalam kaitan lebih meningkatkan kualitas pelayanan terhadap pasien, bekerja dengan sepenuh hati dengan nilai-nilai spiritual membangun moral dan karakter yang baik bagi insan medis. Ujar beliau yang juga pernah mengikuti training selama 2 hari sewaktu menjabat sebagai Direktur RS. Dr. Sudono di Madiun 5 tahun yang lalu.

 

Biodata

Nama : dr. Dodo Anondo, MPH

TTL : Madiun, 13 Juni 1955

Isteri : Rini Susilowati

Jabatan

2007 : Wakil Direktur RSUD. Dr.Sudono Madiun

2009 : Direktur RSUD. Dr.Sudono Madiun

2010 : Direktur RSUD. Syaiful Anwar Malang

2010 : Kadinkes Propinsi Jawa Timur

2011- Sekarang : Direktur Utama RSUD dr. Sutomo Surabaya

ESQ Gerakan Perubahan Moral dan Karakter Dr. Endang Sri Kawuryan, SH, M.Hum.

Disiplin. Inilah gambaran sekilas yang melekat pada sosok Endang Sri Kawuryan. Beliau selaku dosen dikenal oleh mahasiswanya merupakan orang tepat waktu dalam perkuliahan. Budaya tepat waktu ini yang membuat orang lain menaruh kepercayaan kepadanya, sehingga ilmu dan tenaganya banyak dibutuhkan oleh berbagai institusi baik akademik maupun sosial.

Bagi seorang Endang Sri Kawuryan, tidak ada batasan untuk belajar dan menuntut ilmu. Kuliah S3 dijalaninya ketika usianya telah menginjak lebih setengah abad. Gelar doktor beliau peroleh pada tahun 2013, dengan disertasi berjudul “Perlindungan Hukum Terhadap Pembeli Hak Atas Tanah Yang Beritikad Baik” dari Program Doktor Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Brawijaya.

Endang Sri Kawuryan memberikan rekomendasi terkait perlindungan hukum terhadap pembeli hak atas tanah. Pertama, perubahan sistem publikasi pendaftaran tanah yang saat ini ada menjadi sistem publikasi positif. Kedua, pengadaan program Larasita sebagai upaya mendekatkan pelayanan dan bantuan biaya harus tetap diberikan sehingga masyarakat akan termotivasi mendaftarkan tanahnya secara baik dan sistematis.

Berprofesi sebagai Notaris dan pendidik, Endang Sri Kawuryan harus pandai-pandai membagi waktunya baik untuk profesi maupun keluarga. Bagaimana membuat agenda yang tepat antara pekerjaan di bidang hukum, dengan kewajiban sebagai dosen yang merupakan tugas mulia yakni berbagi ilmu yang bermanfaat untuk mahasiswanya dan masyarakat. Belum lagi berbagai undangan sebagai narasumber dalam seminar dan pelatihan tentang hukum yang jadwalnya juga padat.

Ketika disinggung kiprahnya di ESQ beliau dengan antusias menceritakan sejarah perjuangan mengawali perkembangan ESQ di Malang, dengan kekompakan dan keguyuban waktu itu, beliau bersama-sama 7 orang turut membidani lahirnya ESQ di Malang sekitar tahun 2006 an, meski perjalanan panjang itu dilaluinya dengan banyak hambatan dan keterbatasan namun dengan kebersamaan itu semua bisa dijalani dan dilalui meski harus menempati kantor di rumahnya dengan sarana dan fasilitas apa adanya, namun kesungguhan dan kebersamaan itu telah melecut semangat beliau terus membesarkan ESQ di Malang waktu itu.

Masih menurut beliau bahwa ESQ itu merupakan sebuah gerakan perubahan moral dan karakter yang dilandasi 7 Budi Utama hal mana juga merupakan implementasi dari nilai spiritualitas seorang hamba kepada PenciptaNya, semakin digali pemahaman keagamaan tentang iman, alam raya, Ketuhanan dan sebagainya semakin membawa kita memahami tujuan dan hakekat hidup yang sebenarnya, itulah yang membawa saya waktu itu bersama teman-teman yang lain sangat antusias untuk mengajak masyarakat secara umum bisa bersama-sama mengikuti dan merasakan bagaimana Training ESQ tersebut. (Ger,Choir)