HUT Paliatif ke 23, LK ESQ Jatim Santuni Pasien Paliatif

PENGURUS : Bunda Yayuk bersama Ketua P3BN (dr. Urip Murtejo) dan Prof Sunariyadi T (Pembina Paliatif) sponsor, donatur dan pasien/keluarga dhuafa penerima bingkisan

Dalam rangka memperingati HUT Paliatif ke 23 Lembaga Kemanusiaan ESQ Jatim sebagai mitra yang sudah 5 tahun bersinergi sosial dengan Paliatif RS. Dr. Sutomo Surabaya kembali memberikan bantuan yang berupa paket bingkisan untuk pasien paliatif.

Rabu, (25/02/15) bertempat di GDC (Gedung Diagnostic Centre) RSUD dr. Sutomo Surabaya, bersama-sama poli paliatif RSUD Dr. Soetomo, Lembaga Kemanusiaan ESQ Jatim, merupakan lembaga yang aktif dalam bidang kesehatan. Kepedulianya dibidang kesehatan diwujudkan dalam kegiatan homecare yaitu program pendampingan bersama dokter, relawan ke rumah pasien, LK ESQ Jatim juga secara berkelanjutan memberikan dana bantuan secara rutin setiap bulan ke Rumah Sakit pelat merah guna mendukung program paliatif tersebut.

Bingkisan yang berupa paket makanan bergizi tersebut, dimaksudkan untuk membantu para pasien paliatif yang sebagian besar adalah dhuafa. Bingkisan diserahkan secara langsung oleh Bunda Yayuk (Ketua LK Jatim) kepada pasien, keluarga pasien dan anak asuh.

TUMPENG : Ketua P3BN (dr. Urip Murtejo) saat memberikan tumpeng Ultah Paliatif ke Ketua LK ESQ Jatim (Bunda Yayuk)

Hadir pada acara tersebut Direktur RSUD dr. Sutomo yang diwakili dr. Kohar, Ketua P3BN (Pusat Pengembangan Paliatif Bebas Nyeri) dr. Urip Murtedjo, SpBKL, Pembina Paliatif Prof.dr. Sunariyadi Tejawinata, SpTHT, PGD PallMed beserta istri Prof. Netty, Dekan FK Unair, Jamu Iboe, dan para undangan termasuk dari FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama).

Pada kesempatan tersebut dr. Kohar (Wadirek RSUD dr.Sutomo), Prof. Sunaryadi dan para praktisi medis poli paliatif mengaprisiasi partisipasi LK ESQ Jatim sebagai mitra yang banyak membantu dalam kegiatan paliatif tersebut.

Sementara Prof.Sun, sapaan akrab Sunariyadi Tejawinata dalam paparan kilas balik Paliatif di depan undangan menyampaikan sejarah paliatif dan perjuangan dari waktu ke waktu yang semakin menunjukan perkembangan dan peningkatan. Baik dari sisi pelayanan maupun target pasien 70% dicapai 74,4%. Dari sisi pelayanan mulai tahun 1996 keberadaan rawat jalan, rawat inap dikembangkan menjadi rawat rumah paliatif, dan pada tahun 2002 dicanangkan pelayanan 24 jam Hotline service.

Kemajuan yang dicapai paliatif saat ini tak lepas dengan perjuangan dan peran serta sejawatnya, sebagai Pembina Paliatif beliau menghargai nama-nama yang membidani berkembangnya paliatif seperti Prof.dr.Karjadi Wiroatmojo, SpA(K) (alm) Direktur RSUD dr.Sutomo dan Prof.Dr.IGN Gede Ranuh, SpA(K) Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga yang turut hadir pada acara pagi itu.

Disamping kemajuan yang telah dicapai, paliatif juga telah berkontribusi sosial dalam memberikan bantuan donasi dan mengangkat anak asuh, anak asuh adalah putera-puteri dari pasien paliatif yang meninggal dunia akibat penyakit yang dideritanya. Yayasan paliatif juga memberikan beasiswa-beasiswa pendidikan untuk kelangsungan pendidikan anak asuh tersebut.

TESTIMONI : Testimoni Pasien/Keluarga Penerima Beasiswa dari Paliatif

Dalam testimony didepan undangan, Sofia (Ca.Mamae) penderita Kanker Payudara yang sudah 4 tahun bergelut dengan virus ganas tersebut hampir hilang harapan dan bunuh diri, Ibu ini mengaku pernah dioperasi pada tahun 2006 dengan biaya 3 juta sementara obat perminggu 1 juta, besarnya biaya tersebut membuat nya frustasi, karena banyak obat yang tidak bisa di klaim oleh SKTM, Jamkesda maupun Jamkesmas) tuturnya sehingga beliau ingin bunuh diri, sebelum akhirnya mendapatkan penanganan dengan baik oleh Paliatif.

Pernah dilakukan Kemoterapi sampai enam kali dalam perawatan Onkologi, di sinar dua puluh lima kali dan sekarang perkembanganya sudah semakin baik. Terimakasih paliatif, donator dan ESQ yang telah membantu saya, ujarnya.

TIM PALIATIF : LK ESQ Jatim bersama tim dokter dan relawan

Sementara seorang anak asuh (penerima beasiswa) yang dihadirkan bersama ibunya menceritakan pengalaman getir sejak ditinggal suaminya sementara harus mengasuh 3 anak. 100 hari meninggalnya suami, dia bekerja sebagai petugas Cleaning Service dan mencoba mengajukan permohonan beasiswa untuk putera-puterinya. Puteri pertamanya mendapatkan beasiswa sampai lulus Perguruan Tinggi dan sekarang sudah bekerja, tuturnya. Sementara puteri kedua nya masuk SMK dan mendapatkan beasiswa juga, cerita ibu ini dengan bangga dan sekali mengucapkan terimakasih. (Choir)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>