Cantik Rupawan Tak Secantik Hatinya

Sudah tak terbantahkan lagi, bukan pula pemanis bibir jikalau paras yang cantik tidak selalu menjanjikan dan mendatangkan kebahagiaan bagi lingkunganya. Indera mata hanya mampu menangkap keindahanya, merasakan takjub akan polesan kebesaran sang Pencipta, tetapi dalam tataran fisik lahiriyah hanya mampu dirasakan dalam hitungan detik atau menit, selebihnya adalah cahaya hati yang selalu memancar abadi memberikan kedamaian dan kebahagiaan sepanjang waktu bagi lingkungan sekitar.

Alkisah perjalanan homecare sampai pada sebuah tempat dengan lorong sempit menuju rumah seorang ibu penderita kanker payudara, rumah yang semula dibangun sebagai tempat berteduh dan beristirahat bagi dia dan anaknya, menghabiskan masa tua dengan penuh kebahagiaan dan ketenangan, ternyata tidak didapatkan. Anak laki-laki semata wayangnya kepincut gadis berparas cantik, namun tak secantik hatinya. Kecantikan menantunya telah membius anak semata wayangnya menjadi lemah melawan kegarangan menantunya yang arogan. Ibu mertuanya yang sedang sakit tak meluruhkan hatinya menjadi iba malah memindahkan tempat tidur dibelakang berdekatan dengan dapur, sumur dan kamar mandi. Begitu rombongan homecare datang ibu ini sedang berjalan dengan susahnya dibantu tongkat menuju kamar mandi, salah seorang perawat membantu menuntun sampai dikamarnya yang hanya sekotak tak lebih berukuran 3×2, sementara bagian rumahnya yang lain dikontrakan sama menantunya, tak sepeserpun uang hasil kontrak mengalir ke ibu ini, begitu dituturkan dengan suara parau menahan tangis.

Sebut saja namanya Susi, ibu ini berkali-kali menuturkan nasibnya yang malang, yang punya menantu cantik rupawan namun tak secantik hatinya, demikianlah dikisahkan atas perlakuan tidak adil yang dia terima.

Pembaca budiman betapa Rosulullah SAW pernah bersabda bahwa dalam diri manusia ada segumpal darah, dan segumpal darah itu adalah hati, jika baik hatinya maka baik pula perilakunya, demikian juga sebaliknya jika buruk hatinya buruk pula perangainya. Penilaian yang berdasar tampang dan paras lahiriyah tidak selamanya salah sepanjang tidak mengalahkan hasrat memaknai dan memahami hati, pekerti dan kepribadian secara benar. Dari dalam itulah bersemayam cahaya iman, cahaya Tuhan yang selalu membimbing jasad lahiriyah, hati itulah Panglima yang selalu menuntun jalan kehidupan secara baik dan benar menjadi kebaikan yang menenteramkan dan membahagiakan bagi lingkungan. (Choir)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>