Lazimnya seorang dokter adalah sosok professional yang expert karena ditempa oleh disiplin ilmu tentang bagaimana mencegah, mengobati dan menyembuhkan penyakit sesuai dengan disiplin ilmu yang digeluti dan dipelajarinya.
Sosok dokter mampu menghadirkan harapan namun kadang juga bisa mengundang keputus asaan manakala tak kunjung jua memberi kesembuhan bagi pasien yang ditanganinya. Pun demikian dalam perjalanan homecare paliatif kali ini pasien tidak saja menderita sakit jasmaninya, namun juga mental rohaninya yang turut melemah dan goyah, semangat hidup yang turun ditambah keluarga yang kurang mendukung lengkap sudah beban penderitaan yang semakin berat.
Dokter tidak saja dituntut mampu memberikan terapi yang sifatnya lahiriyah, jasmaniah namun juga harus mampu memberikan spirit, motivasi yang membangun mental dan keyakinanya menjadi kuat.
Tim LK ESQ Jatim yang selama ini turut melakukan pendampingan pasien bersama Tim RSUD dr.Soetomo ini seringkali menjelma menjadi dokter dadakan meski dengan peran yang berbeda dengan dokter pada umumnya. Panggilan yang kerap kali dilontarkan Pasien kepada tim LK ESQ Jatim juga dokter, padahal sudah jelas baju kebesaran warna hijau yang dikenakan menunjukan jati diri dan asal institusi.
Dengan panggilan yang sudah melekat sebagai dokter, Tim LK ESQ Jatim akhirnya mengambil peran sebagai dokter spiritual yang memberikan terapi rohani dan mental kepada pasien yang dikunjunginya. Mulai mendoakan pasien dan keluarganya sampai dengan memberi suntikan motivasi akan pentingnya ihtiar lahir dan bathin bagi pasien, mengikuti anjuran minum obat, makan dan minuman yang baik untuk tubuh, sampai dengan kontrol ke poli dan lain-lain. Tak lupa juga mengingatkan pasien untuk terus berdo’a, berdzikir, shalat sesuai kemampuan (sambil duduk, tiduran) dan terus berharap sesungguhnya Tuhan memiliki kuasa atas kesembuhanya. Mengasah keimanan dan spiriualnya agar menjadi pribadi yang ihlas, kuat, tabah dan sabar dalam menghadapi ujianya. Pendek kata dokter spiritual ini mendorong kesadaran iman lebih dominan diatas kesadaran intelektual yang mulai tumpul menggerogoti semangatnya yang mulai sirna. Kami datang menemani kepiluan untuk memberikan secercah harapan. (Choir).