Pasien Bronchitis Balita, Anak Kuli Batu
Putera pasangan Agus Subagyo dan Kasiani ini mungkin tergolong anak yang tidak seberuntung anak-anak seusianya. Betapa tidak, di usianya yang baru beranjak 3 tahun saja, ia sudah beberapa kali keluar masuk rumah sakit karena menderita beberapa penyakit yang dialaminya secara silih berganti. Terhitung sudah empat rumah sakit, tiga diantaranya di kota Surabaya dan satu rumah sakit di kota Malang pernah ia singgahi. Penderitaan yang dialami samsul huda, begitu ia biasa dipanggil, dimulai sejak ia berusia 8 bulan. Saat itu ia mengalami muntah-berak (muntaber) hebat, sehingga harus dilarikan oleh kedua orang tuanya ke Rumah Sakit Dr. Soewandi Surabaya. Selama satu minggu ia dirawat disana.
Tidak begitu lama setelah muntabernya sembuh, ia harus masuk ke rumah sakit yang sama karena terkena demam berdarah. Dan semenjak itu, Samsul Huda seringkali mengalami beberapa penyakit yang mengharuskan ia rawat inap di rumah sakit. Infeksi lambung, thypus, dan bronchitis adalah penyakit yang berturt-turut dideritanya.
Meski mendapat fasilitas jamkesmas, Agus subagyo sang ayah, masih harus bersusah payah memenuhi kebutuhan biaya berobat yang tidak ditanggung jamkesmas. Sebagai contoh, saat ini samsul huda divonis dokter menderita penyakit bronchitis, dimana ada beberapa resep obat yang tidak ditanggung oleh jamkesmas. Ada salah satu obat yang harus ia beli setiap minggu agar penyakit huda bisa berkurang, Harga obat itu sekitar seratus ribu rupiah per botolnya, dan ia harus membelinya sebanyak empat botol tiap bulan. Terhitung biaya yang tidak murah untuk ukuran Agus yang pekerjaan sehari-harinya tidak menentu atau serabutan itu. Kadang ia menjadi polisi cepekan di daerah Menur, kadang sebagai kuli batu.
Belum lagi di tahun 2011 ini, terhitung sudah dua kali huda harus dirawat dirumah sakit karena bronchitisnya itu. Dia pernah dirawat lima hari di RS Haji Surabaya dan tidak berselang lama, sekitar dua minggu, huda harus dirawat lagi selama sepuluh hari di RSUD Dr. Sutomo.
Itu biaya obatnya mas, belum lagi biaya untuk makan, transportasi dan kebutuhan sehari-hari untuk istri dan satu anak saya yang masih berusia 2 tahun.
Dulu untuk mengirit pengeluaran, huda diberi minum teh. Namun sejak menderita beberapa penyakit, ia disarankan dokter untuk diberi minum susu agar fisiknya kuat. Dan inipun tambah memberatkan tanggungan Agus dan Kasiani isterinya.
Ketika berkunjung ke kantor LK ESQ untuk meminta bantuan biaya pengobatan anaknya. Agus sempat mengajukan pembiayaan untuk membuka warung kopi dilahan sekitar RS Dr Suwandi. Rencananya ia bersama isterinya akan membuat gerobak untuk berjualan ditempat itu, yang keuntungannya bisa untuk membiayai kebutuhan sehar-harinya.